Apa Itu Burnout? Ini Penyebab Hingga Cara Menghindarinya!
Burnout menjadi salah satu istilah yang ramai diucapkan, terutama oleh pekerja generasi millenial dan generasi Z.
Sebenarnya siapa saja bisa mengalami kondisi burnout.
Namun, keadaan ini sebagian besar terjadi pada orang yang memaksa diri untuk terus bekerja atau memiliki pekerjaan monoton.
Jika demikian, pekerjaan akan menjadi sangat melelahkan dan mampu mengurus seluruh waktu dan tenaga hingga mengakibatkan stres.
Ingin tahu lebih banyak mengenai cara hidup sehat? Temukan rahasianya di sini!
Yuk, kenali burnout lebih dalam, apa saja penyebabnya hingga bagaimana cara mengatasinya di bawah ini!
Apa itu Burnout?
Burnout syndrome identik dengan stres karena pekerjaan.
Itulah mengapa burnout juga dikenal dengan occupational burnout atau job burnout.
Kondisi burnout ditandai dengan kelelahan secara emosional, mental, dan fisik karena stres berlebih dan berkepanjangan.
Kondisi seperti ini akan membuat seseorang kehilangan semangat atau motivasi untuk melakukan pekerjaan.
Jika dibiarkan terus menerus, kondisi burnout akan menyebabkan kehilangan minat pada pekerjaan. Produktivitas pun semakin menurun.
Tak hanya itu, sindrom stres kerja ini juga berpengaruh pada kehidupan pribadi, seperti mudah putus asa, mudah marah, dan sinis.
Selain mental, burnout pun bisa mengganggu kesehatan fisik. Misalnya, rentan terkena demam atau flu karena imunitas tubuh menurun.
Namun, burnout tidak muncul tiba-tiba. Sindrom ini terjadi setelah melewati beberapa tahapan, yaitu:
- Ambisius dan sangat tergerak saat mengerjakan suatu hal;
- Mendorong diri untuk terus bekerja lebih keras lagi;
- Mengabaikan kebutuhan esensial pribadi, seperti berolahraga, tidur yang cukup, dan makanan sehat;
- Menyalahkan keadaan dan orang sekitar saat dihadapkan dengan masalah tanpa mau introspeksi diri;
- Terlalu fokus sampai lupa meluangkan waktu untuk orang terdekat, keluarga, dan teman;
- Tidak sabaran dan kerap menganggap orang lain malas, sombong, tidak kompeten, atau prasangka negatif lain;
- Menarik diri dari keluarga, teman, dan orang terdekat. Menganggap pertemuan seperti beban dan bukan hiburan;
- Perilaku menjadi lebih agresif, kerap marah, hingga membentak orang sekitar tanpa alasan yang jelas;
- Merasa kehilangan diri dan tidak punya kemampuan untuk mengontrol hidup;
- Merasa cemas dan batin terasa kosong;
- Merasa depresi, hidup jadi tidak bermakna, dan putus asa;
- Kesehatan mental dan fisik mulai bermasalah.
Nah, karena itu, ada baiknya kita lebih peka dengan diri.
Apakah sudah mulai merasa burnout atau belum?
Kenapa Orang Burnout?
Setiap profesi memiliki tantangan masing-masing.
Baik itu pekerja kantoran, pekerja proyek, pelajar, hingga ibu rumah tangga.
Semua pekerjaan ini sama-sama bisa menyebabkan burnout.
Tapi, apa sih sebenarnya penyebab dari burnout?
Yuk, kenali beberapa penyebabnya di bawah ini:
1. Beban pekerjaan menumpuk
Manusia punya keterbatasan dalam melakukan sesuatu. Termasuk bekerja.
Apalagi jika memaksakan untuk terus-menerus bekerja.
Pekerjaan yang banyak tanpa adanya istirahat akan membuat diri menjadi tertekan dan kelelahan secara fisik, mental, maupun emosional.
Banyaknya tanggung jawab juga menekan untuk terus bekerja tanpa henti.
Tidak ada waktu santai atau sekadar bersosialisasi.
Hal ini juga bisa terjadi pada ibu rumah tangga yang merawat rumah dan keluarga tanpa istirahat dan tanpa penghargaan.
Jika tidak berlangsung lama, mungkin gejala stres biasa akan muncul.
Namun jika terus-menerus, maka bisa menyebabkan sindrom burnout.
2. Kurangnya apresiasi
Bukan hanya beban pekerjaan yang banyak, atasan dan rekan kerja juga sangat berpengaruh pada kenyamanan seseorang dalam bekerja.
Setelah bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik, perasaan akan membaik jika menerima apresiasi, penghargaan, atau pengakuan.
Atasan yang penuh kritik dan merendahkan akan sangat berpengaruh pada pekerjaan.
Begitu pula dengan rekan kerja yang kurang mendukung.
Tekanan dan beban kerja akan semakin terasa saat lingkungan tidak mendukung dan akan berujung pada burnout.
3. Karakter dan pola pikir diri sendiri
Penyebab burnout tidak hanya berasal dari faktor eksternal, tapi juga bisa disebabkan faktor internal, yakni karakter dan pola pikir diri sendiri.
Seseorang yang ambisius dan cenderung sering mengkritik diri atau sering berpikir negatif akan sangat rentan mengalami sindrom burnout.
Apakah Burnout Berbahaya?
Burnout tidak boleh dianggap remeh.
Karena stres dan rasa lelah bisa mengganggu kesehatan mental, fisik, dan kehidupan pribadi.
Untuk seorang karyawan, burnout akan berdampak pada kualitas hubungan dengan rekan kerja dan kualitas pekerjaan.
Burnout juga berdampak pada kehidupan pribadi.
Misalnya, bagi yang sudah menikah, akan mengganggu hubungan dengan pasangan atau orang tua.
Burnout yang terus-menerus dibiarkan juga akan membuat penderitanya mengalami depresi.
Kesehatan fisik juga akan terganggu. Misalnya rentan terkena penyakit, mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan insomnia.
Jika kamu mulai mempunyai gejala tersebut, tapi tidak tahu apakah burnout atau memang penyakit, ada baiknya kamu konsultasi dokter.
Sebagai member Rey, kamu bisa melakukannya sepuasnya tanpa biaya tambahan.
Penasaran? Coba cek dulu!
Bagaimana Cara Mencegah Burnout?
Nah, kalau sudah tahu bahaya burnout tapi sudah terlanjur burnout, harus bagaimana ya?
Tenang saja, kamu bisa mencoba beberapa cara mengatasi dan mencegah burnout berikut ini:
1. Istirahat cukup
Saat mengalami burnout, kelelahan akan dialami fisik, mental, dan pikiran.
Nah untuk mengatasinya, kamu bisa mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat, mengambil jeda sejenak dari pekerjaan.
Gunakan waktu tersebut untuk istirahat, liburan, atau mengisi kembali energi dengan melakukan semua hal yang disukai.
Jangan lupa untuk memanfaatkan waktu untuk tidur cukup agar rasa lelah fisik bisa sedikit terobati.
Istirahat cukup ini juga bisa dilakukan sebagai pencegahan agar tidak sampai mengalami burnout karena pekerjaan.
Jadi, saat merasa tubuh sudah sangat lelah, segera ambil jeda untuk beristirahat.
2. Tetapkan batasan
Tidak bisa menolak dan selalu berkata “iya” pada permintaan orang lain maupun pekerjaan akan membuatmu jadi kelelahan dan kewalahan.
Karena itu, tetapkan batasan pribadi yang sehat (set boundaries).
Kamu bisa memulai dengan bilang “tidak” atau menolak permintaan orang lain yang kurang esensial.
Memang awalnya tidak akan mudah dan tidak terbiasa, apalagi kalau kamu termasuk orang yang gak enakan.
Kamu bisa mencoba menolak dengan bahasa sopan disertai alasan jelas.
Menolak tidak selalu egois kok.
Kamu diperbolehkan untuk selektif dalam menggunakan waktu dan energi.
Coba untuk mengerjakan hal yang penting dan esensial saja.
3. Atur waktu dan prioritas
Salah satu penyebab burnout ialah beban kerja yang terus menumpuk.
Selain kerjaan yang memang banyak, hal ini juga terjadi jika kamu memiliki manajemen waktu yang kurang baik.
Karena itu, kamu perlu belajar untuk mengatur prioritas kerja dan memberikan estimasi waktu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.
Dengan begitu, kamu bisa fokus mengerjakan hal yang sifatnya penting-mendesak. Lalu, hapus aktivitas yang tidak perlu dikerjakan.
Nah, untuk melatih fokus, kamu bisa mencoba teknik pomodoro.
4. Delegasi tugas
Mungkin kamu tipe orang yang ingin selalu punya kontrol dalam pekerjaan sehingga sulit percaya pada orang lain.
Atau mungkin kamu terbiasa bekerja sendiri?
Kalau iya, mungkin kamu bisa belajar mendelegasikan tugas atau berbagi beban kerja pada tim.
Jangan sungkan atau ragu meminta tolong jika diperlukan.
Selain meringankan beban kerja, delegasi tugas juga bisa meningkatkan komunikasi dan kerja sama tim.
5. Lakukan aktivitas menyenangkan
Untuk mengurangi stres agar tidak menumpuk, kamu bisa mencoba membagi waktu untuk melakukan hal menyenangkan.
Hal ini sering disebut juga dengan istilah healing atau self – healing.
Ada banyak sekali manfaat healing yang bisa kamu dapatkan.
Untuk melakukannya pun tidak harus yang terlalu sulit, bisa sesimpel:
- Jajan makanan enak,
- Duduk di kafe sambil minum coklat panas,
- Ketemu dan sharing bersama teman,
- Membaca buku,
- Nonton film kesukaan sepulang kerja, atau
- Sekadar tidur.
Dengan begitu, hari-harimu tidak hanya berisi seputar pekerjaan, deadline, revisi, atau laporan.
6. Bicarakan dengan orang lain
Masalah pekerjaan tidak hanya bisa dibagi dengan rekan kerja, kamu juga bercerita dengan orang terdekat.
Ceritakan masalahmu dengan orang yang kamu percaya, selain melegakan pikiran, kamu juga bisa membuat hubungan semakin kuat.
7. Lakukan olahraga ringan
Selain membuat tubuh lebih sehat, olahraga juga bisa menimbulkan kebahagiaan lho.
Bagaimana bisa?
Saat olahraga, hormon serotonin dan dopamin meningkat.
Kedua hormon ini dapat menurunkan kadar stres dan meningkatkan perasaan bahagia.
Olahraga tidak harus berat, kok!
Kamu bisa memulai olahraga ringan atau sekadar jalan santai sambil menikmati pemandangan sekitar dan merasakan udara segar.
Agar manfaatnya lebih terasa, lakukan olahraga ringan ini dengan rutin dan konsisten ya!
Baca juga: 13 Manfaat Jogging Rutin Demi Kesehatan Fisik dan Mental
Pertanyaan Seputar Burnout
Masih bingung terkait burnout? Berikut beberapa pertanyaan yang mungkin ada di kepalamu.
Apa perbedaan stress dan burnout?
Sering dianggap serupa, burnout syndrome ternyata berbeda dengan stres secara umum.
Stres itu merupakan reaksi normal yang terjadi ketika mengalami tekanan.
Tekanan yang menuntut bisa secara fisik dan mental. Stres juga terjadi dalam jangka waktu pendek.
Saat mengalami stres, seseorang masih bisa membayangkan bahwa jika semua bisa diatasi, maka dirinya akan baik-baik saja.
Misalnya, saat menghadapi pekan ujian. Tentu akan lebih stres dari biasanya.
Tapi begitu ujian selesai, stres perlahan akan berkurang.
Namun, kalau burnout, stres berlangsung berkepanjangan dalam waktu yang lama.
Burnout akan membuat penderita merasa “tidak cukup”.
Biasanya kondisi ini disertai dengan rasa lelah secara emosional, putus asa, hampa, atau apatis.
Orang yang mengalami burnout biasanya tidak mampu melihat bahwa ada sisi positif yang mungkin terjadi dalam pekerjaannya.
Stres karena burnout akan membuat diri seolah tenggelam dari tanggung jawab dan membuat semua yang sudah dilakukan sia-sia.
Perbedaan lain antara stres dan burnout adalah sumbernya.
Jika burnout diakibatkan oleh hal yang berhubungan dengan pekerjaan, stres secara umum tidak.
Stres biasa disebabkan oleh berbagai hal. Mulai dari hubungan percintaan, keluarga, atau hal pribadi lainnya.
Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Stress Paling Ampuh Serta Kenali Gejalanya
Apakah burnout termasuk gangguan mental?
Burnout bukan termasuk gangguan kesehatan mental.
Istilah burnout menggambarkan kondisi psikologis yang tertekan atau stres berlebihan dan berkepanjangan yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Namun, burnout yang tidak segera diatasi dan dibiarkan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Jadi, burnout juga tidak boleh dianggap remeh ya!
Apakah burnout bisa terjadi pada remaja?
Banyak yang mengira burnout hanya terjadi pada orang dewasa.
Ternyata remaja juga bisa mengalaminya, lho!
Burnout pada remaja sering terjadi saat menghadapi situasi stressful atau merasa frustasi tanpa ada kesempatan untuk beristirahat dan jeda.
Burnout remaja bisa terjadi jika tuntutan yang diberikan tinggi, misalnya tuntutan pencapaian, berprestasi, hingga banyaknya beban tugas.
Dalam kadar tepat, stres memotivasi remaja untuk meraih tujuan.
Namun, jika sudah terlalu intens, tuntutan dan beban kerja terlalu tinggi seolah tiada habisnya, remaja akan mengalami burnout.
Kondisi burnout pada remaja bisa menurunkan minat, motivasi, performa, dan pencapaian, bahkan memicu masalah psikologis lain.
Misalnya, seperti kecemasan dan depresi.
Sudah Paham Tentang Burnout?
Nah, bagaimana? Sudah lebih paham apa itu burnout, penyebab, bahayanya, hingga cara mengatasinya, bukan?
Jadi, burnout tidak boleh dianggap sepele ya!
Jika kamu merasa gangguan pekerjaan sudah mengganggu kehidupan pribadi, segera cari cara untuk mengatasinya.
Jika merasa tidak bisa mengatasi sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ya!
Masih ada pertanyaan atau mau sharing seputar burnout? Yuk, tulis di kolom komentar!
Yos adalah penulis artikel SEO dengan pengalaman menulis lebih dari tiga tahun. Dia menguasai berbagai topik, termasuk gaya hidup, kesehatan, personal finance, dan asuransi. Selain daripada penulisan artikel SEO, Yos juga mempunyai pengalaman menulis dalam copywriting dan UX writing.
Yos adalah penulis artikel SEO dengan pengalaman menulis lebih dari tiga tahun. Dia menguasai berbagai topik, termasuk gaya hidup, kesehatan, personal finance, dan asuransi. Selain daripada penulisan artikel SEO, Yos juga mempunyai pengalaman menulis dalam copywriting dan UX writing.