Penyakit Bell’s Palsy: Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Penyakit Bell’s Palsy:  Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Aul Risky
Aul Risky
February 28, 2024
6 menit membaca

Pernah mendengar penyakit Bell’s palsy? Banyak yang mengira Bell’s palsy sebagai stroke karena sama-sama bisa menimbulkan gejala lumpuh. Padahal, keduanya berbeda. 

Gejala Bell’s palsy hanya pada otot wajah yang sebagian besar penderitanya bisa pulih sepenuhnya dalam 6 bulan. 

Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, namun lebih sering terjadi pada ibu hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas seperti flu. 

Apa sih penyebab Bell’s palsy? seperti apa gejalanya? bagaimana cara mengobatinya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Ingin tahu lebih banyak mengenai cara hidup sehat? Temukan rahasianya di sini

Pengertian Bell’s palsy

Pengertian Bell's palsy

Bell palsy adalah kondisi lumpuhnya saraf wajah, yaitu saraf ketujuh atau saraf fasialis. Kondisi ini akibat pembengkakan dan peradangan saraf yang mengontrol otot pada salah satu sisi wajah.

Sisi wajah yang terserang Bell’s palsy biasanya akan melorot atau terkulai. Senyum hanya biasa pada satu sisi, mata yang terserang juga menolak untuk menutup. Hal ini tentu cukup menganggu aktivitas sehari-hari, terutama saat minum atau berkumur. 

Bell’s palsy bisa menyerang siapa saja dan usia berapapun. Namun, kemungkinan besar penyakit ini menyerang orang berusia 16-60 tahun. Rata-rata pada usia 40 tahun.

Baca Juga: Pengertian Penyakit Stroke: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Penyebab Bell’s palsy

Terkesan mirip stroke, bells palsi dan stroke berbeda. Umumnya penyebab Bell’s palsy adalah peradangan dan komprsi saraf kranial ketujuh. Saraf ini membawa sinyal saraf yang mengontrol gerakan dan ekspresi wajah. Selain itu, juga membawa sinyal saraf yang terlibat dalam pengecapan dan menghasilkan air mata.

Nah, saat seseorang mengalami peradangan, tentu akan memengaruhi cara menggerakkan otot di satu sisi wajah.

Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa beberapa infeksi virus bisa memicu peradangan saraf kranial tujuh yang berakibat Bell’s palsy. Beberapa di antaranya:

  • Herpes simplex 1
  • Virus Varicella-zoster (herpes zoster dan cacar air)
  • Virus Epstein-Barr (mononukleosis)
  • COVID 19

Sementara stroke disebabkan oleh gangguan saraf akibat sumbatan pada pembuluh darah otak.

Selain itu, Bell’s palsy tidak menyebabkan kelumpuhan pada tangan dan kaki. Penderitanya hanya kesulitan untuk mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan membuka-tutup mata secara normal.

Gejala Bell’s palsy

Gejala Bell's palsy

Agar bisa segera ditangani, penting untuk mengetahui seperti apa gejala Bell’s palsy. Beberapa di antaranya:

  • Salah satu sisi wajah melemah dari dagu hingga dahi
  • Wajah melorot atau perot, sulit tersenyum, sulit tersenyum, sulit mengangkat alis, hingga sulit menutup mata
  • Kemampuan mengecap rasa berkurang, lidah terasa kebal
  • Penderngaran jadi lebih sensitif, pada telinga sisi yang terserang akan terasa lebih keras

Gejala Bell’s palsy umumnya muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncak keparahannya pada 48 hingga 72 jam. Beberapa mengalami kelemahan otot wajah ringan, sebagian lainnya mengalami kelumpuhan otot total di wajah.

Ciri Bell’s palsy lain yang mungkin muncul antara lain:

  • Mata kering
  • Mengiler
  • Sulit berbicara
  • Sakit wajah dan telinga
  • Sakit kepala
  • Telinga berdenging (tinnitus)
  • Kehilangan rasa
  • Sensisitivtas pada suara (hiperakusis)

Baca Juga: Apa Itu Epilepsi? Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya Disini

Faktor Risiko Bell’s palsy

Meskipun penyebab pastinya tidak selalu jelas, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami Bell’s palsy. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain:

  • Infeksi Virus

Infeksi virus tertentu, terutama virus herpes simplex (HSV), dapat menyebabkan peradangan pada saraf wajah dan akhirnya menyebabkan Bell’s palsy.

  • Penurunan Kekebalan Tubuh

Keadaan di mana sistem kekebalan tubuh menurun, seperti saat sedang sakit atau mengalami stres yang berat, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena Bell’s palsy.

  • Genetik

Ada indikasi bahwa faktor genetik atau riwayat keluarga dengan riwayat Bell’s palsy dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini.

  • Kelompok Usia

Meskipun Bell’s palsy dapat terjadi pada semua usia, risikonya cenderung meningkat pada orang-orang antara usia 15 dan 60 tahun.

  • Kelompok Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki sedikit risiko lebih tinggi untuk mengembangkan Bell’s palsy dibandingkan dengan pria.

  • Musim Dingin

Beberapa studi menunjukkan bahwa Bell’s palsy lebih sering terjadi pada musim dingin.

  • Penyakit Menular Lainnya

Penyakit menular tertentu, seperti infeksi saluran pernapasan atas, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Bell’s palsy.

Meskipun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, penyebab pasti Bell’s palsy sering kali tidak dapat dipastikan pada setiap kasusnya. Kondisi ini seringkali bersifat idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui. Jika seseorang mengalami gejala Bell’s palsy, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter

Yuk segera jadwalkan konsultasi gratis dengan dokter terbaik kami. 

Gunakan asuransi kesehatan online dari Rey, dapatkan manfaat mulai dari chat dokter sepuasnya, konsultasi gizi, tebus obat gratis, hingga cover rawat inap!

Info selengkapnya klik di sini!

Baca Juga: Pemeriksaan Tekanan Darah, Ini Fungsi Tensimeter yang Perlu Diketahui!

Cara mengobati Bell’s palsy

Cara mengobati Bell's palsy

Sebagian besar kasus Bell’s palsy akan membaik tanpa pengobatan. Namun, untuk meredakan gejala dan pemulihan lebih cepat berikut beberapa terapi bell palsy yang bisa dilakukan:

  • Perawatan mata

Obat tetes mata untuk menenangkan mata kering dan iritasi. Jika kelopak mata tidak bisa menutup, mungkin perlu memakai penutup mata untuk melindungi dari mata kering, cedera, dan iritasi.

Perawatan mata ini penting untuk mencegah kerusakan kornea, komplikasi serius pada Bell’s palsy.

  • Obat antivirus

Biasanya terapi ini hanya diresepkan untuk Bell’s palsy yang cukup parah. Perawatan akan bekerja lebih baik jika digabungkan dengan kortikosteroid oral.

  • Kortikosteroid oral

Kortikosteroid oral, contohnya prednison bisa membantu mengurangi pembengkakan saraf. Hal ini bisa membantu untuk mendapatkan gerakan wajah lebih cepat.

Terapi ini paling efektif jika dimulai dalam 48 jam setelah gejala terlihat.

  • Stimulasi listrik

Hanya beberapa penyedia layanan kesehatan saja yang merekomendasikan stimulasi listrik untuk mencegah hilangnya otot wajah. Sebab, penelitian belum menunjukkan manfaat pasti dari perawatan ini.

  • Operasi plastik

Meskipun jarang terjadi, Bell’s palsy yang tidak kunjung sembuh diatasi dengan prosedur operasi plastik wajah fungsional. Cara ini membantu memperbaiki asimetri wajah serta membantu penutupan kelopak mata. 

Selain itu, dokter umumnya akan menyarankan kombinasi pengobatan tertentu konsumsi obat-obatan dan rencana fisioterapi sebagai cara cepat penyembuhan Bell palsy.

Jika berbagai cara mengobati bell’s palsy tidak kunjung membaik atau malah semakin memburuk, segera periksakan diri ke dokter.

Gak pakai lama!

Sekarang, konsultasi dengan dokter bisa secepat kilat dan gak pakai ribet. Cukup pakai handphone lewat aplikasi Rey, kamu bisa konsultasi secara online dengan dokter selama 24/7, dimana pun dan kapan pun.

Emang boleh se-sat-set ini? Boleh, dong! Yuk, klik di sini untuk informasi selengkapnya.

Pertanyaan Seputar Penyakit Bell’s palsy

Berikut beberapa pertanyaan seputar penyakit Bell Palsy yang sering diajukan:

Apakah bell palsy bisa sembuh?

Kelumpuhan pada satu sisi wajah atau Bell palsy ini umumnya bersifat sementara dan  bisa sembuh sepenuhnya. Namun, meski hanya berlangsung sementara, sebaiknya kamu tidak menunggu hingga Bell’s palsy sembuh sendiri.

Sebaiknya segera lakukan upaya perawatan agar fungsi otot wajah bisa segera kembali. Sebab, jika terlambat diatasi, proses pemulihannya bisa semakin sulit. Bahkan, memungkinkan otot wajah tidak bisa kembali seperti semula.

Nah, jika hal ini sudah terjadi, maka dibutuhkan proses penanganan yang lebih serius.

Apakah bell palsy bisa kambuh lagi?

Meski hanya ada sedikit kemungkinan, Bell palsy bisa kambuh suastu saat nanti. Sekitar 10% penderitanya memiliki risiko  untuk mengalaminya kembali. Nah, jika sampai kambuh, bisa saja memengaruhi sisi wajah yang berhadapan.

Karena itu, segera lakukan pengobatan jika mengalami gejala Bell palsy.

Baca Juga: 13 Cara Mengobati Vertigo dengan Cepat dan Aman

Penutup

Nah, itulah penjelasan lengkap seputar penyakit Bell palsy. Mulai dari pengertian, gejala, penyebab, faktor risiko, hingga cara pengobatannya!

Sebenarnya, kamu bisa mencegah bell palsy dengan mudah. Caranya yaitu mulai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan rutin berolahraga. Selain itu, lakukan juga pemeriksaan kesehatan secara rutin!

Jika masih ada pertanyaan, silakan tulis di kolom komentar, ya!

Yuk, coba 2 bulan GRATIS chat dokter sepuasnya + klaim obat gratis! Klik banner di bawah untuk info selengkapnya, ya! 

Coba Gratis Rey untuk 2 bulan! Chat dokter dan klaim obat gratis bisa kamu cobain dulu!

 

Kembali
Rekomendasi Artikel
June 22, 2023
Sakit Tulang Belakang? Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Sakit tulang belakang (spinal pain) atau nyeri pada tulang belakang bisa disebabkan oleh patah tulang,...

Dwi Julianti Dwi Julianti
8 menit membaca
March 20, 2023
11 Bahaya Asam Lambung Naik yang Perlu Diwaspadai!

Penyakit asam lambung terjadi ketika asam lambung berlebihan di dalam lambung dan naik ke kerongkongan,...

Dwi Julianti Dwi Julianti
5 menit membaca
June 15, 2023
Sakit Pinggang Sebelah Kanan? Penyebab, Gejala, Cara Mengatasinya

Sedang mengalami sakit pinggang sebelah kanan? Tidak perlu khawatir! Nyeri pada pinggang kanan biasanya disebabkan...

Dwi Julianti Dwi Julianti
7 menit membaca