Hari Alzheimer Sedunia: Sejarah, Fakta, Gejala dan Pencegahan

Hari Alzheimer Sedunia: Sejarah, Fakta, Gejala dan Pencegahan
Aul Risky
Aul Risky
September 19, 2025
10 menit membaca

Alzheimer bukan sekadar “pikun” biasa. Ia adalah penyakit neurodegeneratif yang perlahan merusak memori, cara berpikir, dan kemampuan menjalani aktivitas harian.

Dampaknya bukan hanya pada individu, tetapi juga keluarga, tenaga kesehatan, hingga sistem sosial dan ekonomi.

Oleh arena itu, 21 September setiap tahun diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia. Momen ini untuk mengedukasi publik, menantang stigma, dan memperkuat dukungan bagi penyintas serta para pendampingnya (caregiver).

Ingin tahu lebih banyak mengenai cara hidup sehat? Temukan rahasianya di sini

Sejarah Singkat Hari Alzheimer Sedunia

  • Awal pengenalan penyakit: Tahun 1906, psikiater Jerman Alois Alzheimer memaparkan kasus Auguste Deter—pasien dengan kemunduran memori progresif disertai perubahan perilaku. Otopsi mengungkap adanya plak beta-amiloid dan kusut neurofibriler (tau) di otak, yang kini menjadi ciri patologis utama penyakit Alzheimer.

  • Gerakan global: Seiring meningkatnya populasi lanjut usia, kasus demensia melonjak. Organisasi seperti Alzheimer’s Disease International (ADI) menggagas kampanye kesadaran global.

  • Penetapan hari peringatan: 21 September ditetapkan sebagai Hari Alzheimer Sedunia (World Alzheimer’s Day). Bulan September juga diperingati sebagai Bulan Alzheimer Sedunia (World Alzheimer’s Month) untuk mendorong edukasi yang lebih luas. Termasuk webinar, skrining memori, kampanye media, hingga penggalangan dana penelitian.

Makna utamanya jelas: mengubah stigma menjadi pemahaman, rasa takut menjadi solidaritas, dan kebingungan menjadi dukungan yang terstruktur.

Mengenal Alzheimer vs. Demensia

Banyak orang mencampuradukkan dua istilah ini:

  • Demensia: payung besar untuk gejala penurunan kognitif yang mengganggu aktivitas harian (memori, bahasa, penalaran).

  • Alzheimer: penyebab demensia yang paling umum (sekitar 60–70% kasus). Penyebab lain antara lain demensia vaskular, demensia frontotemporal, Lewy body, Parkinson, dan kondisi campuran (mixed).

Jadi, setiap Alzheimer adalah demensia, tetapi tidak semua demensia adalah Alzheimer.

Baca Juga: Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Kesadaran dan Pencegahan

Fakta Penting tentang Alzheimer (Ringkas & Jelas)

  • Progresif: Gejala berkembang perlahan—dari lupa ringan hingga ketergantungan total.

  • Bukan bagian “normal” dari penuaan: Penuaan normal bisa lupa sesekali, sedangkan Alzheimer mengganggu fungsi hidup.

  • Onset bervariasi: Umumnya di atas 65 tahun, namun young-onset dapat terjadi pada usia <65 tahun.

  • Peran genetik & lingkungan: Gen APOE ε4 meningkatkan risiko, tetapi gaya hidup dan kesehatan vaskular sangat berpengaruh.

  • Belum ada obat yang menyembuhkan: Pengobatan menargetkan gejala, memperlambat progresi, dan meningkatkan kualitas hidup.

Bagaimana Alzheimer Terjadi? (Ilmu di Baliknya)

Dua proses patologis utama sering dijelaskan:

  1. Plak beta-amiloid: endapan protein di antara neuron yang mengganggu komunikasi sel-sel otak.

  2. Kusut tau (neurofibrillary tangles): protein tau di dalam neuron menjadi abnormal dan mengganggu transport nutrisi di sel.

Akibatnya, koneksi antar-neuron melemah, terjadi peradangan, hingga kematian sel saraf, terutama di hipokampus (pusat memori) dan korteks serebral (fungsi kognitif tinggi).

Gejala Alzheimer

Tahap Awal (Mild)

  • Lupa kejadian terbaru (mis. menaruh barang, janji temu).

  • Sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara.

  • Kesulitan merencanakan/menyusun jadwal.

  • Mudah tersesat di tempat yang dulu familiar.

  • Perubahan suasana hati: cemas, apatis ringan.

Tahap Menengah (Moderate)

  • Kian tergantung dalam aktivitas sehari-hari: berpakaian, menyiapkan makanan.

  • Disorientasi tempat & waktu, bingung di lingkungan yang asing.

  • Kesulitan menangkap percakapan panjang, mengulang pertanyaan.

  • Perubahan perilaku: gelisah, curiga, agitasi, “sundowning” (gelisah sore dan malam).

  • Gangguan tidur; tidur siang panjang, terjaga malam.

Tahap Lanjut (Severe)

  • Ketergantungan total: makan, mandi, toileting perlu bantuan.

  • Bicara sangat terbatas, kehilangan kemampuan mengenali orang dekat.

  • Sulit menelan, berat badan turun.

  • Komplikasi: infeksi berulang, risiko jatuh, luka tekan.

Faktor Risiko: Apa yang Meningkatkan Peluang?

  1. Usia: risiko meningkat seiring bertambahnya umur.

  2. Genetik: riwayat keluarga, varian gene APOE ε4 (bukan penentu tunggal).

  3. Kardiometabolik: hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas dan merokok semua merusak pembuluh darah otak.

  4. Gaya hidup: aktivitas fisik rendah, pola makan tidak seimbang, tidur buruk.

  5. Sosial & mental: isolasi sosial, stres kronis, depresi tidak tertangani, kurang stimulasi kognitif.

  6. Trauma kepala: benturan hebat berulang (misal olahraga kontak) meningkatkan risiko.

  7. Pendidikan & cadangan kognitif: pendidikan lebih tinggi sering dikaitkan dengan “cognitive reserve” ketahanan otak menghadapi perubahan.

Baca Juga: Hari Palang Merah Indonesia: Sejarah, Peran, dan Kiprah Kemanusiaan PMI

Apakah Alzheimer Bisa Dicegah?

Tidak ada jaminan, tetapi risiko dapat ditekan dengan strategi gaya hidup yang mendukung kesehatan otak:

  • Olahraga teratur: kombinasi kardio (jalan cepat, bersepeda, berenang) + latihan kekuatan 2–3x/minggu.

  • Pola makan ramah otak: mediterania/MIND—sayur, buah, kacang, ikan, minyak zaitun. Batasi gula dan lemak.

  • Tidur cukup & berkualitas: 7–8 jam; evaluasi sleep apnea bila mendengkur berat.

  • Kelola faktor kardiovaskular: periksa tekanan darah, gula dan kolesterol serta patuhi obat.

  • Aktivitas kognitif: membaca, belajar bahasa, permainan strategi, musik.

  • Koneksi sosial: komunitas, relawan, pengajian/ibadah, klub hobi.

  • Manajemen stres: meditasi, mindfulness, konseling bila perlu.

  • Proteksi kepala: helm saat berkendara/olahraga risiko tinggi.

Membedakan “Lupa Normal” vs. Alarm Dini

Lupa wajar: sesekali lupa nama orang, tapi ingat kembali kemudian; lupa kacamata namun bisa menelusuri dengan logis.
Alarm dini: lupa kejadian baru berulang-ulang, sulit mengurus keuangan yang dulu mudah, tersesat di lingkungan familiar, perubahan kepribadian nyata.

Jika tanda-tanda “alarm dini” muncul, konsultasikan ke dokter (umum, syaraf, psikiater) untuk evaluasi.

Proses Diagnosis: Apa yang Akan Dilakukan?

  1. Wawancara & riwayat: gejala, timeline, riwayat keluarga, dampak pada aktivitas harian (ADL/iADL).

  2. Pemeriksaan kognitif: MMSE/MoCA, tes memori, bahasa, visuospasial, fungsi eksekutif.

  3. Laboratorium: menyingkirkan penyebab reversibel (anemia, gangguan tiroid, defisiensi vitamin B12, infeksi).

  4. Pencitraan otak: CT/MRI untuk melihat atrofi, stroke kecil (mikroinfark), hidrocephalus.

  5. Biomarker (opsional & pusat tertentu): cairan serebrospinal (CSF) Aβ/tau atau PET amiloid/tau yang lebih presisi namun tidak selalu perlu atau tersedia.

Diagnosis dini membantu perencanaan perawatan, intervensi gaya hidup, dan dukungan keluarga lebih cepat.

Prinsip Perawatan: Fokus pada Kualitas Hidup

Belum ada terapi yang benar-benar menyembuhkan, tetapi banyak yang bisa dilakukan untuk memperlambat progresi dan menjaga martabat:

1) Obat Simptomatik

  • Cholinesterase inhibitors (donepezil, rivastigmine, galantamine) untuk tahap ringan dan sedang dapat membantu memori/atensi.

  • Memantine untuk tahap sedang, berat dan menurunkan eksitotoksisitas glutamat.

  • Manajemen perilaku: strategi non-farmako sedapat mungkin; obat psikotropika hanya bila perlu dan diawasi ketat.

2) Intervensi Non-Obat

  • Terapi okupasi & kognitif: latihan ADL, permainan memori terstruktur.

  • Rutinitas harian konsisten: jam tidur, makan, aktivitas fisik ringan.

  • Modifikasi lingkungan: pencahayaan baik, penanda ruangan, pengaman anti-jatuh, kunci aman untuk mencegah keluar tanpa pengawasan.

  • Nutrisi & hidrasi: porsi kecil sering, konsistensi makanan bila ada disfagia.

  • Manajemen perilaku: pahami pemicu (nyeri, lapar, bising), redam dengan pendekatan tenang.

3) Rencana Lanjutan (Advance Care Planning)

  • Diskusikan preferensi medis, kuasa hukum kesehatan, keuangan, dan perawatan akhir kehidupan selagi pasien masih mampu berpendapat.

  • Edukasi mengenai DNR, perawatan paliatif, dan hospice bila relevan.

Membership kesehatan yang memberikan akses ke asuransi kesehatan

Peran Keluarga & Caregiver: Pahlawan yang Sering Tersembunyi

Caregiver memikul beban fisik dan emosional yang besar. Dukungan sistematis sangat penting:

  • Edukasi penyakit: memahami Alzheimer mengurangi frustrasi dan salah paham.

  • Teknik komunikasi: gunakan kalimat sederhana, kontak mata, nada lembut, hindari berdebat. Validasi emosi, alihkan perhatian dengan aktivitas positif.

  • Time-out & respite care: giliran merawat, daycare, atau layanan titip lansia agar caregiver bisa istirahat.

  • Dukungan psikologis: kelompok dukungan, konseling, deteksi burnout (lelah ekstrem, mudah marah, putus asa).

  • Kesehatan caregiver: cek rutin kesehatan, tidur cukup, makan bergizi dan perawat yang sehat.

Ingat: merawat bukan perlombaan kesempurnaan.  Minta bantuan itu tanda bijak, bukan lemah.

Tantangan Sosial: Stigma, Biaya, dan Akses

  • Stigma “pikun biasa” membuat keluarga menunda mencari bantuan.

  • Biaya perawatan jangka panjang (obat, kontrol, alat bantu, home care) menekan finansial.

  • Akses layanan: tidak semua daerah memiliki klinik memori atau dukungan caregiver memadai.

  • Kebijakan: perlu strategi nasional demensia, pelatihan tenaga kesehatan primer, dan sistem rujukan yang jelas.

Hari Alzheimer Sedunia mendorong pemerintah dan masyarakat sipil untuk mengakui beban nyata ini dan menyiapkan ekosistem ramah demensia. dari kebijakan, layanan kesehatan, hingga ruang publik.

Cara Memperingati Hari Alzheimer Sedunia (Aksi Nyata)

  1. Edukasi keluarga & teman: bagikan artikel, ikut webinar/seminar.

  2. Skrining memori sederhana: dorong lansia mengikuti asesmen awal di fasilitas kesehatan.

  3. Gerakan “otak sehat”: jadwalkan jalan pagi komunitas, senam, kelas musik, atau klub membaca.

  4. Dukungan caregiver: sumbang waktu (respite), alat bantu, atau donasi ke organisasi terkait.

  5. Kampanye anti-stigma: ubah bahasa—hindari label merendahkan; gunakan istilah “demensia/Alzheimer” dengan hormat.

  6. Ruang publik ramah demensia: antrian prioritas, pelatihan staf layanan.

  7. Kolaborasi lintas sektor: sekolah dan tempat ibadah.

Mitos vs. Fakta (Biar Nggak Salah Kaprah)

  • Mitos: Alzheimer = pikun biasa.
    Fakta: Ini penyakit otak progresif yang mengganggu fungsi hidup.

  • Mitos: Pasti keturunan.
    Fakta: Gen memengaruhi risiko, tetapi gaya hidup & kesehatan pembuluh darah sangat penting.

  • Mitos: Tidak ada gunanya tahu dini.
    Fakta: Diagnosis dini membantu rencana perawatan dan memperlambat penurunan fungsi.

  • Mitos: Pasien tidak bisa apa-apa.
    Fakta: Dengan dukungan tepat, banyak pasien tetap bisa beraktivitas bermakna cukup lama.

  • Mitos: Obat herbal/“ajaib” pasti menyembuhkan.
    Fakta: Waspada klaim tanpa bukti; konsultasikan terapi apa pun dengan dokter.

Checklist “Otak Sehat” Harian (Praktis)

  • Gerak 30 menit/hari (jalan cepat atau senam low-impact).

  • Makan pelangi: sayur–buah dominan, ikan 2–3x/minggu, kurangi gula dan lemak trans.

  • Tidur 7–8 jam, jaga kebersihan tidur (sleep hygiene).

  • Belajar hal baru: bahasa, alat musik, teka-teki logika.

  • Sosial minimal 1 interaksi bermakna/hari.

  • Kelola tekanan darah, gula, kolesterol, berat badan.

  • Hindari rokok; batasi alkohol.

  • Meditasi/napas dalam 5–10 menit untuk kelola stres.

Skenario Kehidupan Nyata: Mengubah Cara Kita Merespons

Contoh 1 – Mengulang Pertanyaan
Alih-alih menjawab dengan nada kesal, jawab sabar dan sediakan catatan visual (post-it jadwal, kalender besar). Repetisi adalah gejala, bukan “sengaja”.

Contoh 2 – Gelisah Menjelang Sore (Sundowning)
Redupkan lampu biru, pasang pencahayaan hangat, putar musik lembut, tetapkan rutinitas sore yang menenangkan (teh hangat, doa, cerita ringan).

Contoh 3 – Menolak Mandi
Coba waktu berbeda, air hangat, handuk lembut, narasi menenangkan (“Kita segarkan badan ya, supaya nyaman”). Hormati pilihan dan kecepatan pasien.

Roadmap untuk Keluarga Baru Mendiagnosis Alzheimer

  1. Terima emosi: wajar merasa takut/sedih dan jangan memendam sendiri.

  2. Bangun tim: bagi peran antar anggota keluarga, libatkan tenaga profesional bila perlu.

  3. Rancang rumah aman: pegangan tangan, alas anti-slip, kunci aman.

  4. Rencanakan keuangan: asuransi, dana darurat, opsi bantuan sosial.

  5. Dokumentasi penting: surat kuasa medis/keuangan, daftar obat, kontak darurat.

  6. Jadwal rutin: tidur, makan dan aktivitas yang membuat konsistensi menenangkan otak.

  7. Cari komunitas: kelompok pendamping caregiver, komunitas lansia.

  8. Self-care caregiver: jatah waktu pribadi itu wajib, bukan bonus.

Riset & Masa Depan, Apakah Ada Harapan?

  • Biomarker makin presisi (CSF, PET), memungkinkan deteksi lebih dini pada pusat rujukan.

  • Terapi target amiloid/tau terus dikembangkan; sebagian negara mengesahkan obat tertentu dengan kriteria ketat. Terlepas dari pro–kontra, ini menandakan arus riset terus bergerak.

  • Digital health: aplikasi pemantau kognitif, pelatihan otak, perangkat wearable untuk tidur/aktivitas yang membantu deteksi perubahan dini dan dukungan harian.

  • Desain kota ramah demensia: signage jelas, ruang hijau, transportasi inklusif—membantu kemandirian lebih lama.

Pesan yang bisa kita sampaikan adalah tetap realistis, namun optimis. Sains bergerak maju, dan dukungan komunitas bisa membuat perbedaan besar hari ini.

FAQ Singkat

Q: Apakah semua lansia pasti Alzheimer?
A: Tidak. Penuaan normal tidak sama dengan Alzheimer.

Q: Apakah saya perlu tes gen?
A: Tes gen bukan keharusan. Konsultasikan dengan dokter/genetik jika ada riwayat kuat dan ingin memahami risiko.

Q: Kapan harus ke dokter?
A: Jika lupa mulai mengganggu aktivitas harian, terjadi disorientasi, perubahan kepribadian, atau kesulitan mengelola keuangan yang dulu mudah.

Q: Apakah perubahan gaya hidup masih berguna setelah diagnosis?
A: Ya. Aktivitas fisik, nutrisi baik, tidur, dan stimulasi kognitif tetap membantu kualitas hidup.

Q: Bisakah pasien Alzheimer hidup mandiri?
A: Pada tahap awal—dengan dukungan dan pengaturan lingkungan yang tepat, banyak yang masih bisa mandiri relatif lama.

Penutup

Hari Alzheimer Sedunia mengingatkan kita bahwa di balik statistik ada manusia ada pasien yang ingin tetap bermartabat, keluarga yang berjuang, dan masyarakat yang bisa memilih untuk peduli.

Mulailah dari lingkaran kecilmu. Pahami gejalanya, jaga kesehatan otak, dukung caregiver di sekitarmu, dan dorong lingkungan yang ramah demensia.

Dengan pengetahuan dan empati, kita dapat mengubah perjalanan Alzheimer menjadi lebih manusiawi.

Coba Gratis Rey untuk 2 bulan! Chat dokter dan klaim obat gratis bisa kamu cobain dulu!

Kembali
Rekomendasi Artikel
July 6, 2023
16 Makanan yang Mengandung Vitamin A dan Kadar Kandungannya

Vitamin A merupakan jenis vitamin larut yang mudah diserap bersama lemak.  Vitamin yang larut dalam...

Suhartantowi Lauw Suhartantowi Lauw
9 menit membaca
July 6, 2023
Apa Itu Gaslighting? Contoh Kalimat dan Perilakunya di dalam Hubungan

Pernahkah kamu tidak percaya pada diri sendiri karena terus-menerus disalahkan? Atau, kamu pernah merasa dipermainkan...

Dwi Julianti Dwi Julianti
8 menit membaca
October 12, 2023
Mudah, Cara Membuat Air Perasan Jeruk Lemon untuk Batuk

Obat batuk merupakan solusi yang umum digunakan untuk meredakan batuk. Namun, tahukah kamu kalau ada...

Dwi Julianti Dwi Julianti
5 menit membaca