Apa Itu Hipertermia: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya


Tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk menjaga suhu tetap stabil, biasanya sekitar 36,5–37,5°C.
Namun, ada kondisi tertentu di mana suhu tubuh meningkat drastis dan tidak bisa dikendalikan dengan mekanisme normal tubuh. Kondisi inilah yang dikenal dengan hipertermia.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan karena infeksi (berbeda dengan demam), melainkan karena tubuh tidak mampu melepaskan panas berlebih.
Kondisi ini bisa berbahaya, bahkan berpotensi mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai apa itu hipertermia, penyebabnya, gejala, faktor risiko, jenis-jenis hipertermia, hingga cara penanganan dan pencegahannya.
Ingin tahu lebih banyak mengenai cara hidup sehat? Temukan rahasianya di sini!
Apa Itu Hipertermia?
Hipertermia adalah kondisi di mana suhu tubuh meningkat di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh.
Berbeda dengan demam yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan, hipertermia terjadi ketika tubuh terlalu panas karena faktor eksternal (misalnya suhu lingkungan tinggi) atau faktor internal (seperti efek samping obat atau kelainan genetik).
Biasanya, hipertermia terjadi saat suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38,3°C tanpa adanya infeksi. Dalam kasus ekstrem, suhu bisa mencapai 40°C atau lebih, yang sangat berbahaya bagi organ vital.
Penyebab Hipertermia
Ada berbagai penyebab hipertermia, antara lain:
1. Paparan Panas Berlebih
Kondisi lingkungan yang sangat panas, seperti gelombang panas (heatwave) atau ruangan tanpa ventilasi, bisa memicu hipertermia.
2. Aktivitas Fisik Berat
Olahraga intens di suhu tinggi dapat membuat tubuh menghasilkan panas berlebih.
3. Dehidrasi
Kekurangan cairan membuat tubuh sulit mengeluarkan panas melalui keringat.
4. Efek Samping Obat
Beberapa obat dapat memengaruhi sistem pengaturan suhu tubuh, misalnya:
Antipsikotik
Obat anestesi tertentu
Stimulan seperti amfetamin atau kokain
5. Gangguan Genetik
Ada kondisi langka bernama malignant hyperthermia, yaitu kelainan genetik yang membuat seseorang rentan mengalami hipertermia saat mendapat obat anestesi.
6. Faktor Lingkungan
Pekerja di luar ruangan, tentara, atlet, atau orang yang terjebak di ruangan panas lebih berisiko mengalami hipertermia.
Jenis-Jenis Hipertermia
Hipertermia memiliki beberapa bentuk, di antaranya:
1. Heat Cramps (Kram Panas)
Gejala: kram otot, kelelahan, banyak berkeringat.
Biasanya terjadi setelah aktivitas fisik di cuaca panas.
2. Heat Exhaustion (Kelelahan Panas)
Gejala: lemas, pusing, mual, kulit pucat dan dingin, keringat berlebih.
Suhu tubuh biasanya 37,7–40°C.
3. Heat Stroke (Sengatan Panas)
Kondisi paling serius dari hipertermia.
Gejala: suhu tubuh >40°C, kulit kering dan panas, kebingungan, kejang, bahkan koma.
Heat stroke adalah kondisi gawat darurat medis.
4. Malignant Hyperthermia
Kondisi langka yang dipicu obat anestesi.
Gejala: suhu tubuh meningkat cepat, otot kaku, denyut jantung cepat.
5. Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS)
Reaksi langka terhadap obat antipsikotik.
Gejala: demam tinggi, kaku otot, perubahan kesadaran.
Gejala Hipertermia
Gejala hipertermia bervariasi tergantung tingkat keparahannya, antara lain:
Peningkatan suhu tubuh di atas 38,3°C
Keringat berlebihan atau justru tidak berkeringat sama sekali
Kulit memerah, panas, atau kering
Pusing dan sakit kepala
Detak jantung cepat (takikardia)
Napas cepat dan dangkal
Mual dan muntah
Kelelahan ekstrem
Gangguan kesadaran (bingung, gelisah, kejang, koma)
Faktor Risiko Hipertermia
Beberapa kelompok lebih rentan mengalami hipertermia, seperti:
Lansia – kemampuan tubuh mengatur suhu menurun.
Bayi dan Anak Kecil – sistem pengaturan suhu tubuh belum sempurna.
Pekerja Luar Ruangan – seperti buruh bangunan, petani, dan tentara.
Atlet – terutama pelari maraton atau pesepeda.
Orang dengan Penyakit Kronis – seperti penyakit jantung, ginjal, atau diabetes.
Orang yang Mengonsumsi Obat Tertentu – antipsikotik, diuretik, atau stimulan.
Komplikasi Hipertermia
Jika tidak ditangani dengan cepat, hipertermia bisa menyebabkan:
Kerusakan organ permanen (otak, hati, ginjal, jantung)
Keadaan koma
Gagal multi organ
Kematian
Heat stroke yang tidak ditangani memiliki angka kematian yang sangat tinggi, bahkan hingga 80%.
Diagnosis Hipertermia
Dokter akan mendiagnosis hipertermia melalui:
Pemeriksaan Fisik – mengukur suhu tubuh dan memeriksa tanda vital.
Riwayat Medis – paparan panas, riwayat obat, atau penyakit lain.
Pemeriksaan Laboratorium – tes darah, fungsi ginjal, elektrolit.
Tes Tambahan – bila dicurigai malignant hyperthermia.
Penanganan Hipertermia
Penanganan tergantung tingkat keparahan.
Pertolongan Pertama
Pindahkan pasien ke tempat sejuk.
Longgarkan pakaian.
Kompres dingin atau kipasi tubuh.
Berikan air minum (jika pasien sadar).
Hubungi tenaga medis segera.
Penanganan Medis
Infus cairan intravena.
Pendinginan dengan alat medis (ice packs, cooling blanket).
Obat penurun panas khusus (misalnya dantrolene untuk malignant hyperthermia).
Penanganan komplikasi organ.
Pencegahan Hipertermia
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Cara pencegahan hipertermia antara lain:
Hindari Aktivitas di Cuaca Panas Ekstrem
Gunakan Pakaian Tipis dan Longgar
Minum Air yang Cukup – minimal 2–3 liter per hari.
Gunakan Pendingin Ruangan atau kipas angin.
Istirahat Cukup saat beraktivitas di luar.
Hindari Alkohol dan Kafein Berlebihan yang bisa memperparah dehidrasi.
Waspada pada Kelompok Rentan seperti anak-anak dan lansia.
FAQ tentang Hipertermia
1. Apakah hipertermia sama dengan demam?
Tidak. Demam disebabkan oleh infeksi, sementara hipertermia disebabkan oleh kegagalan tubuh membuang panas.
2. Apakah hipertermia bisa disembuhkan?
Ya, jika ditangani dengan cepat. Namun, jika terlambat bisa menyebabkan kerusakan organ permanen.
3. Apakah orang sehat bisa terkena hipertermia?
Bisa. Misalnya atlet atau pekerja lapangan di cuaca panas ekstrem.
4. Apakah hipertermia hanya terjadi di negara tropis?
Tidak. Bisa terjadi di mana saja, terutama saat gelombang panas.
Penutup
Hipertermia adalah kondisi serius akibat peningkatan suhu tubuh di luar kendali mekanisme normal tubuh.
Berbeda dengan demam, hipertermia disebabkan oleh faktor eksternal seperti cuaca panas atau aktivitas fisik berat, maupun faktor internal seperti obat dan kelainan genetik.
Gejala hipertermia bervariasi, mulai dari kram panas hingga heat stroke yang bisa mengancam nyawa. Penanganan cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Kunci utama adalah pencegahan: cukup hidrasi, hindari paparan panas ekstrem, serta segera mencari pertolongan medis jika muncul tanda hipertermia.