Difteri: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Difteri: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Dwi Julianti
Dwi Julianti
October 27, 2023
5 menit membaca

Jika kamu menganggap kalau sakit di tenggorokan adalah penyakit yang tidak berbahaya karena tidak mengancam nyawa, maka kamu keliru.

Tidak selamanya rasa sakit di tenggorokan disebabkan oleh peradangan biasa.

Terkadang, sakit tenggorokan yang kamu alami mungkin merupakan gejala dari infeksi difteri.

Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Penting untuk dicatat bahwa difteri adalah penyakit menular mematikan karena berpotensi mengancam jiwa penderitanya. 

Selain mengetahui tentang difteri, kita juga perlu menyadari betapa pentingnya menjaga pola hidup sehat.

Kebiasaan hidup sehat, termasuk pola makan yang baik, rajin berolahraga, dan kebersihan diri, merupakan langkah-langkah penting untuk terhindar dari berbagai penyakit, termasuk difteri.

Ingin tahu lebih banyak mengenai cara hidup sehat? Temukan rahasianya di sini

Nah, sekarang mari kita pelajari lebih lanjut tentang apa itu difteri, penyebabnya, gejalanya, komplikasinya, serta cara pengobatan dan pencegahannya di bawah ini.

Apa Itu Difteri?

Apa Itu Difteri?

Difteri adalah infeksi bakteri yang menyerang membran mukus di saluran pernapasan atas dan tenggorokan.

Difteri adalah infeksi bakteri yang menyerang membran mukus di saluran pernapasan atas dan tenggorokan.

Penyakit ini biasanya menular melalui udara, terutama saat orang yang terinfeksi bakteri difteri batuk, bersin, atau melalui kontak dengan luka terbuka.

Penyakit ini dapat menjangkiti orang dari berbagai kelompok usia, dan tingkat kematian mencapai 3% dari total kasus yang ada.

Penyebab Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. 

Biasanya penderita difteri tertular dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut, meskipun orang tersebut belum menunjukkan gejala spesifik.

Proses penularan difteri dapat terjadi melalui udara, misalnya saat kamu menghirup atau menelan percikan air liur dari orang yang terinfeksi difteri ketika batuk atau bersin.

Selain itu, kamu juga bisa terkena difteri melalui kontak dengan permukaan barang yang terkontaminasi atau melalui luka terbuka yang terpapar bakteri difteri.

Ketika bakteri penyebab difteri masuk ke dalam tubuh, mereka akan menghasilkan racun difteri.

Nah, racun yang dihasilkan oleh bakteri tersebut akan menyebar melalui aliran darah.

Gejala Difteri

Biasanya, pasien baru mengalami gejala difteri 2-5 hari setelah terinfeksi oleh kuman difteri Corynebacterium diphteriae.

Setelah racun yang dihasilkan bakteri penyebab difteri menyebar melalui aliran darah, selanjutnya pasien akan merasakan gejala berikut ini:

  1. Ada lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan.

  2. Demam hingga menggigil.

  3. Batuk rejan atau pertusis.

  4. Radang tenggorokan.

  5. Kulit kebiruan.

  6. Kesulitan bernapas.

  7. Terus menerus mengeluarkan lendir di hidung maupun mulut.

  8. Merasakan sakit dan ketidaknyamanan di area tenggorokan dan hidung.

  9. Kulit pucat, keringat dingin, dan jantung berdebar cepat.

  10. Kesulitan berbicara.

Jika muncul gejala tersebut pada kerabat atau keluarga kamu, ada baiknya segera temui dokter supaya bisa mendapatkan penanganan medis, ya.

Tidak ada waktu untuk menunda-nunda pemeriksaan karena difteri adalah infeksi serius yang berpotensi mengancam nyawa.

Ingin konsultasi dengan dokter gratis sepuasnya?

Dapatkan manfaat asuransi kesehatan online dari Rey, mulai dari chat dokter sepuasnya, tebus obat gratis, hingga cover rawat inap!

Info selengkapnya klik di sini!

Komplikasi Difteri

Jika kamu mengalami gejala penyakit difteri, segera temui tenaga medis.

 Pasalnya, difteri yang tidak segera ditangani dengan tepat dapat menimbulkan risiko komplikasi parah.

Tak hanya menimbulkan gangguan pada saluran pernapasan, racun difteri juga bisa merusak berbagai organ dalam tubuh manusia, seperti hati, otak dan ginjal.

Jika tak segera ditangani, pasien difteri bisa mengalami komplikasi berupa inflamasi otot jantung, kelumpuhan hingga gagal ginjal.

Baca Juga: ISPA: Pengertian, Gejala, Cara Pencegahan ISPA

Pengobatan Difteri

Difteri tergolong sebagai penyakit serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Menurut data statistik di Kementerian Kesehatan RI, 1 dari 10 pasien difteri meninggal dunia meski telah mendapatkan obat.

Untuk itu, pasien difteri sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter supaya bisa mendapatkan pengobatan yang tepat sesegera mungkin.

Sebelum mendiagnosis difteri, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan cara mengambil sampel dari tenggorokan kemudian di tes di laboratorium.

Setelah terkonfirmasi bahwa selaput keabuan di tenggorokan disebabkan oleh bakteri Corynebacterium, barulah dokter akan melakukan sejumlah pengobatan untuk melawan racun yang dihasilkan.

Berikut adalah beberapa jenis pengobatan untuk mengatasi difteri: 

1. Suntik anti racun

Suntik anti racun atau antitoksin bertujuan untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi yang diakibatkannya.

Sebelum disuntik, penderita akan menjalani tes alergi terhadap antitoksin untuk memastikan bahwa tidak ada reaksi alergi terhadap terhadapnya.

2. Antibiotik

Selain suntik anti racun, dokter biasanya juga akan memberikan antibiotik.

Selain membunuh bakteri, pengobatan satu ini juga mengatasi infeksi di tubuh penderita.

Penting diingat bahwa antibiotik harus diminum sampai habis agar tubuh benar-benar bebas dari infeksi difteri.

Biasanya, dua hari setelah mengonsumsi antibiotik, penderita tidak lagi dapat menularkan penyakit difteri.

Baca Juga: Kenapa Tiap Malam Batuk dan Tenggorokan Gatal?

Pencegahan Difteri

Untuk meminimalisir risiko terserang difteri, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk melakukan pencegahan, diantaranya yaitu  Imunisasi DPT

Untuk meminimalisir risiko terserang difteri, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk melakukan pencegahan, diantaranya yaitu: 

1. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT dapat dilakukan dengan pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis)

Dinas kesehatan di Indonesia mewajibkan anak berusia 2, 3, 4, 18 bulan dan 5 tahun mendapatkan imunisasi DPT.

Bisa dikatakan kalau langkah pencegahan difteri yang paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi difteri menggunakan vaksin DPT.

2. Konsultasi dengan Dokter

Difteri dapat dialami oleh orang pada usia berapapun. 

Untuk itu segera konsultasikan dengan dokter jika anak usia di atas 7 tahun belum mendapatkan imunisasi difteri.

Karena vaksin difteri adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi anak terhadap difteri seumur hidup.

3. Antibiotik

Selain bisa mengatasi difteri, pemberian antibiotik juga mencegah orang yang terinfeksi menyebarkan penyakit ini kepada orang lain yang berkontak langsung dengan mereka.

Baca Juga: Ciri-Ciri Radang Tenggorokan dan Cara Mengobatinya

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter jika penderita difteri menunjukkan gejala berikut:

  1. Mengalami gangguan penglihatan.

  2. Keluar keringat dingin.

  3. Sesak napas.

  4. Jantung berdebar kencang.

  5. Kulit tampak pucat atau membiru.

Konsultasi dengan dokter sangat penting lho, untuk penanganan segera dan tepat atas gejala difteri yang kamu alami.

Yuk, coba chat dokter sepuasnya dan dapatkan obat gratis diantar ke depan rumahmu. Klik di sini untuk info lebih lanjut.

Penutup

Demikian penjelasan mengenai difteri, penyakit di saluran pernapasan yang ternyata bisa merenggut nyawa penderitanya.

Jika kamu mengalami gejala seperti sulit bernapas, keringat dingin, atau kulit tampak pucat sebaiknya segera konsultasi dengan dokter, ya. 

Yuk, coba 2 bulan GRATIS chat dokter sepuasnya + klaim obat gratis! Klik banner di bawah untuk info selengkapnya, ya! 

Coba Gratis Rey untuk 2 bulan! Chat dokter dan klaim obat gratis bisa kamu cobain dulu!

Kembali
Rekomendasi Artikel
November 17, 2023
Waspada! Ini Perbedaan Ciri-Ciri Darah Rendah dan Kurang Darah

Jika kamu tiba-tiba merasa mata berkunang-kunang, pusing, lalu pingsan, bisa jadi kamu sedang mengalami ciri-ciri...

Miska Syahirah Miska Syahirah
9 menit membaca
October 5, 2023
Apakah Batuk Boleh Makan Mangga? Ini Faktanya!

Apakah batuk boleh makan mangga? Kekhawatiran tersebut seringkali muncul bagi para penderita batuk yang kebingungan,...

Miska Syahirah Miska Syahirah
6 menit membaca
May 21, 2024
5 Penyebab Bayi Lahir Prematur dan Penanganannya

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu. Kehamilan normal biasanya...

Aul Risky Aul Risky
7 menit membaca